MakalahUrgensi, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Bagi Anak Usia Dini. BAB I: PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan masih disandang bangsa Indonesia. Hal ini dapat diminimalkan dengan mengoptimalkan pendidikan pada anak sejak dini. Pada usia 0-6 tahun anak perlu mendapat perhatian khusus karena saat inilah kesiapan mental dan emosionalnya mulai
UTTkG. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK Tugas ke-2 Dosen Pengampu Dr. I Kadek Suartama, Oleh Putu Okta Satriani 2211031226 Kelas 1F PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2022 ii KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan pada saya untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendidikan Karakter Pada Anak”. Makalah dengan judul “Pendidikan Karakter Pada Anak” ini disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah di Universitas Pendidikan Ganesha. Selain itu, saya juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca terkait topik yang dibahas yakni bagaimana pentingnya Pendidikan karakter pada anak usia dini. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar - besarnya kepada Bapak Dr. I Kadek Suartama, selaku dosen pengampu mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah di Universitas Pendidikan Ganesha. Dengan tugas yang diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan makalah ini. Singaraja, 17 November 2022 Putu Okta Satriani 2211031226 iii ABSTRAK Pendidikan karakter pada anak merupakan upaya penanaman perilaku terpuji pada anak – anak. Baik itu berupa perilaku dalam beribadah, perilaku sebagai warga negara yang baik, perilaku berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan, dan perilaku terpuji lainnya yang bermanfaat untuk kesuksesan hidupnya kedepan. Pendidikan karakter dilaksanakan pada setiap lingkungan di mana anak berada. Khususnya di sekolah, pendidikan karakter yang di dapatkan anak di sekolah tentunya memiliki tujuan dan manfaat yang baik untuk anak di masa sekarang dan yang akan datang nantinya. Selain lingkungan sekolah, lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama yang ditemukan anak. Dalam keluarga, peran orang tua yaitu memiliki tanggung jawab untuk menanamkan sikap – sikap yang baik pada anak. Orang tua tidak semestinya menyerahkan pendidikan karakter anak sepenuhnya kepada guru - guru di sekolah. Orang tua dan guru adalah model yang akan ditiru dan diteladani oleh anak, baik ucapan maupun perbuatannya. Penanaman karakter pada anak dapat dilakukan melalui nasihat, pembiasaan, keteladanan, dan penguatan. Oleh karena itu, semua pihak baik itu dari orang tua, guru dan juga lingkungan tempat anak tinggal memiliki perannya masing – masing dalam pembentukan karakter anak. kata kunci karakter pada anak, pembentukan karakter, pendidikan karakter. iv DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii ABSTRAK ...................................................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................................. iv BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 Latar Belakang ................................................................................................... 1 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2 Tujuan ................................................................................................................ 2 Manfaat .............................................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3 Pengertian Pendidikan Karakter ........................................................................ 3 Konsep Dasar Pendidikan Karakter ................................................................... 3 Nilai – Nilai Pendidikan Karakter ..................................................................... 4 Prinsip Pendidikan Karakter .............................................................................. 5 Peran Pendidikan dalam Penanaman Karakter Pada Anak ................................ 6 Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter ........................................................... 7 BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 8 Kesimpulan ........................................................................................................ 8 Saran .................................................................................................................. 8 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 9 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan dalam Bahasa Imggris dikenal dengan sebutan education yang dimana memiliki kata dasar educate dengan Bahasa latin educo. Educo memiliki arti mengembangkan dari dalam seperti mendidik, melaksanakan hukum kegunaan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI Pendidikan memiliki arti sebuah pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha untuk mendewasakan individu melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses, tata cara, dan perbuatan mendidik. Jadi dengan itu, dapat diartikan bahwa Pendidikan adalah sebuah proses pengembangan diri seseorang melalui sebuah upaya pengajaran, bimbingan dan pelatihan sehingga menjadikan seseorang menjadi pribadi yang lebih dewasa. Dalam lingkup kehidupan sebuah karakter dari individu merupakan salah satu hal penting yang dimana karakter menjadi salah satu ciri khas dari individu tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI karakter diartikan sebagai sifat – sifat kejiwaan, akhlak ataupun budi pekerti. Karakter juga diartikan sebagai nilai – nilai, sikap dan juga prilaku seseorang yang dapat diterima oleh masyarakat luas seperti etis, demokratis, hormat, bertanggung jawab, dapat dipercaya, adil dan fair, serta peduli, yang bersumber dari nilai – nilai kemasyarakatan, ideologi negara, dan kewarganegaraan, nilai – nilai budaya bangsa, agama, dan etnik yang diterima oleh masyarakat Indonesia secara luas sehingga tidak menimbulkan konflik. Menurut Darmiyati Zuchdi, dkk. 2015 3 pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai – nilai perilaku karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai – nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan, sehingga menjadi manusia paripurna. Oleh karena itu karakter dijadikan sebagai nilai – nilai yang dapat diterima oleh masyarakat membutuhkan sebuah sistem penanaman agar melekat pada diri manusia sehingga dapat berperilaku yang terpuji. Sedangkan menurut Asmaun Sahlan 2013 141-142 Pendidikan karakter memiliki tujuan sebagai arah dalam pelaksanaan pendidikan di sebuah lembaga. Pendidikan karakter sangat penting di dalam kehidupan manusia khususnya anak – anak muda penerus bangsa Indonesia yang dimana sekarang ini sedang dilanda dengan banyaknya penurunan moral di berbagai Lembaga, termasuk dalam dunia pendidikan. Dengan kenyataan itulah sebuah pendidikan karakter sangat diperlukan disini. Pendidikan karakter dijadikan sebagai sebuah upaya untuk mewujudkan pembentukan karakter peserta didik khususnya sejak sekolah dasar agar memiliki akhlak mulia. Pendidikan karakter harus dilaksanakan sedini mungkin. Pendidikan karakter bisa dimulai sejak individu di usia dini yang dimana periode usia dini merupakan masa dimana sebagai landasan kehidupan manusia selanjutnya. Dengan itulah betapa pentingnya pendidikan karakter untuk anak sejak kecil yang dimana dimaksudkan untuk menanamkan nilai -nilai atau ajaran – ajaran kebaikan agar dapat menjadi sebuah kebiasaan ketika dewasa atau dijenjang pendidikan berikutnya. 2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut 1. Apa itu pendidikan karakter ? 2. Apa saja konsep dasar pendidikan karakter ? 3. Bagaimana pengelompokan nilai – nilai karakter ? 4. Apa saja prinsip dari pendidikan karakter ? 5. Bagaimana peran pendidikan dalam penanaman karakter pada anak ? 6. Apa saja fungsi dan tujuan dari pendidikan karakter ? Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut 1. Mengetahui pengertian pendidikan karakter 2. Mengetahui konsep dasar pendidikan karakter 3. Mengetahui pengelompokan nilai – nilai karakter 4. Mengetahui prinsip pendidikan karakter 5. Mengetahui peran pendidikan dalam penanaman karakter pada anak 6. Mengetahui fungsi dan tujuan pendidikan karakter Manfaat 1. Bagi Pembaca Adapun manfaat penulisan makalah ini bagi pembaca adalah agar pembaca dapat mengetahui dan menambah wawasan mengenai pentingnya pendidikan karakter pada anak. 2. Bagi Penulis Adapun manfaat penulisan makalah ini bagi penulis adalah penulis dapat memahami dan menambah pengetahuan serta wawasan mengenai pentingnya pendidikan karakter pada anak. 3 BAB II PEMBAHASAN Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter tersusun atas dua kata yaitu pendidikan dan juga karakter. Kedua kata ini mempunyai maknanya sendiri – sendiri. Pendidikan lebih merujuk pada kata kerja, sedangkan karakter lebih pada sifatnya. Artinya, melalui proses pendidikan tersebut, nantinya dapat dihasilkan sebuah karakter yang baik Sutrisno, 2015. Kata pendidikan sendiri merupakan terjemahan dari education, yang dimana kata dasarnya adalah educate atau bahasa latinya educo. Educo memiliki arti mengembangkan dari dalam; mendidik; melaksanakan hukum kegunaan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan yang mendidik. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan merupakan sebuah proses pengembangan diri seseorang melalui upaya pengajaran, bimbingan dan juga pelatihan sehingga menjadikan individu menjadi lebih dewasa. Dalam kamus Poerwadaminta, kata karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat – sifat kejiwaan, akhlak dan budi pekerti yang menjadi ciri khas dan membedakan seseorang dengan orang lain. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI karakter diartikan sebagai watak, tabiat, pembawaan dan kebiasaan. Karakter memiliki kaitan erat dengan personality, atau kepribadian seseorang. Adapula yang mengartikan karakter sebagai identitas diri seseorang. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah suatu ciri khas yang dimiliki oleh seseorang yang berkaitan dengan kepribadian, sikap, tabiat, perilaku, akhlak dan budi pekerti yang dapat membedakan satu orang dengan orang lain. Menurut Fakri Gafar 2013, pendidikan karakter merupakan suatu proses transformasi dari nilai – nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan ke dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang tersebut. Sedangkan Scerenko berpendapat bahwa pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh – sungguh dengan cara mencari kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar, serta praktik emulsi. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, maka dapat diartikan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengajarkan tentang kepribadian, tabiat, sikap maupun akhlaq sehingga terbentuk suatu individu seperti yang diharapkan. Dapat diartikan yang dimana suatu lembaga pendidikan harus mengedepankan penanaman dan juga pengembangan nilai – nilai karakter pada peseta didiknya dalam proses pembelajaran yang kemudian dapat diterapkan ke dalam kehidupan sehari – hari perserta didik selama masa hidupnya. Konsep Dasar Pendidikan Karakter Konsep dasar pendidikan karakter tertuang dalam Permendikbud No 23 tentang Penumbuhan Budi Pekerti tahun 2015. Penumbuhan Budi Pekerti PBP bertujuan sebagai berikut 4 1. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan bagi siswa, guru, dan tenaga kependidikan. 2. Menumbuh kembangkan kebiasaan yang baik sebagai bentuk pendidikan karakter sejak di keluarga, sekolah dan masyarakat. 3. Menjadikan pendidikan sebagai gerakan yang melibatkan pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan keluarga. 4. Menumbuhkembangkan lingkungan dan budaya belajar yang serasi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Karakter seseorang atau individu akan terbentuk bila aktivitas dilakukan berulang – ulang secara rutin hingga menjadi suatu kebiasaan, yang pada akhirnya tidak hanya menjadi suatu kebiasaan saja tetapi sudah menjadi suatu karakter dari indivitu itu. Pembentukan karakter tidak dapat dilepaskan dari keterampilan hidup seseorang. Proses pengembangan keterampilan dimulai dari sesuatu yang tidak disadari dan tidak kompeten yang kemudian menjadi sesuatu yang disadari dan kompeten. Penanaman karakter bisa dimulai dengan cara menanamkan nilai – nilai universal untuk mencapai kematangan karakter melalui penanaman cinta kasih dalam keluarga. Penanaman dan pengembangan pendidikan karakter di sekolah menjadi tanggung jawab bersama – sama. Keluarga menjadi kiblat perjalanan dari dalam kandungan sampai tumbuh menjadi dewasa dan berlanjut di kemudian hari. Sedangkan lingkungan sekolah memiliki peran sangat besar dalam pembentukan karakter anak. Peran guru tidak hanya sekedar sebagai pendidik semata, tetapi juga sebagai pendidik karakter, moral dan budaya bagi siswanya. Nilai – Nilai Pendidikan Karakter Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter haruslah bersumber dari Agama, Pancasila, Budaya dan juga tujuan pendidikan nasional Indonesia. Berdasarkan ke empat sumber nilai tersebut, teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai berikut ini. a. Religius. Pikiran, perkataan, dan juga tindakan seseorang di upayakan selalu berlandaskan pada nilai-nilai Ketuhanan dan ajaran agamanya masing - masing. b. Jujur. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya baik itu dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri ataupun orang lain. c. Toleransi. Sikap dan tindakan yang saling menghargai perbedaan baik itu agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. d. Disiplin. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang ada dalam kehidupan. e. Kerja keras. Perilaku yang menunjukkan upaya yang sungguh - sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. f. Kreatif. Berpikir dan melakukan sesuatu pembaharuan untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. g. Mandiri. Sikap dan perilaku yang tidak bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan hal dan tugas-tugas yang dimiliki. h. Demokratis. Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai hak dan kewajiban dirinya dan orang lain itu sama atau setara. i. Ingin tahu. Sikap dan juga tindakan yang selalu berupaya untuk menggali, mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya. 5 j. Nilai kebangsaan. Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang dimana menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan kelompoknya. k. Nasionalis. Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, yang tinggi terhadap bangsanya. l. Menghargai karya dan prestasi orang lain. Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mempunyai sikap menghormati keberhasilan atau pencapaian orang lain. m. Komunikatif. Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain tanpa rasa canggung yang berlebihan. n. Cinta Damai. Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan nyaman atas kehadiran dirinya. o. Gemar Membaca. Kebiasaan untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebaikan bagi dirinya. p. Peduli Lingkungan. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan melaksanakan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. q. Peduli Sosial. Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain yang membutuhkan bantuan. r. Tanggung-jawab. Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan baik itu terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Prinsip Pendidikan Karakter Pendidikan karakter adalah segala sesuatu hal yang dilakukan guru yang mampu mempengaruhi karakter peserta didiknya. Guru membantu membentuk watak peserta didik berdasarkan prinsip – prinsip pendidikan karakter. Menurut Saiful Bahri 2015 berikut ini prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan nilai atau karakter bangsa yaitu 1. Nilai dapat diajarkan atau memperkuat nilai – nilai luhur budaya bangsa melalui olah pikir, olah rasa, olah karsa, olah kalbu, dan olah raga yang dihubungkan dengan objek yang dipelajari yang terintegrasi dengan materi pelajaran di sekolah. 2. Proses perkembangan nilai – nilai atau karakter bangsa dilakukan melalui setiap mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. 3. Proses pengembangan nilai – nilai karakter bangsa yang dimiliki peserta didik merupakan proses yang berkelanjutan sejak peserta didik masuk dalam satuan pendidikan. 4. Diskusi tentang berbagai perumpamaan objek yang dipelajari untuk melakukan olah pikir, olah rasa, olah kalbu, dan olah raga untuk memenuhi tuntutan dan munculnya kesadaran diri sebagai ciptaan Tuhan, anggota masyarakat bangsa maupun warga negara, dan sebagai bagian dari lingkungan tempat hidupnya. 5. Program perkembangan dirinya melalui kegiatan – kegiatan rutin budaya sekolah, keteladanan, kegiatan spontan pada saat kejadian, pengkondisian dan pengintegrasian pendidikan nilai karakter dengan materi pelajaran, serta merujuk kepada pengembangan kompetensi dasar setiap mata pelajaran di sekolah. 6 Pendidikan karakter pada tingkatan sekolah mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol – simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah dan masyarakat sekitar sekolah. Peran Pendidikan dalam Penanaman Karakter Pada Anak Dengan perkembangan zaman yang memasuki era modern ini memacu para pendidik untuk mencetak anak – anak bangsa yang sanggup dan bisa untuk menempatkan diri di tengah arus perubahan yang cepat. Lebih dari itu, para tenaga pendidik memiliki kewajibanan untuk mendorong peserta didiknya menjadi orang – orang yang hidupnya mampu menggali makna dan memiliki akar pada nilai – nilai yang luhur, gambar diri yang kokoh dan ambisi – ambisi yang bermanfaat bagi manusia lain selain dirinya sendiri. Para pendidik harus menghasilkan peserta didik yang mandiri. Yang artinya mampu memilih berdasarkan nilai-nilai, gambaran diri yang kokoh dan ambisi yang tepat. Penanaman karakter dalam perannya dalam bidang pendidikan dijabarkan sebagai berikut 1. Pembinaan watak jujur, cerdas, peduli, tangguh merupakan tugas utama dari pendidikan. 2. Mengubah kebiasaan buruk melalui tahap demi tahap yang pada akhirnya menjadi baik. Dapat mengubah kebiasaan senang tetapi jelek yang pada akhirnya menjadi benci tetapi menjadi baik. 3. Karakter merupakan sifat yang tertanam di dalam jiwa dan dengan sifat itu seseorang secara spontan dapat dengan mudah memancarkan sikap, tindakan dan perbuatan. 4. Karakter adalah sifat yang terwujud dalam kemampuan daya dorong dari dalam keluar untuk menampilkan perilaku terpuji dan mengandung kebaikan. Penanaman – penanaman nilai karakter tersebut dapat wujudkan dan dijadikan budaya di masing – masing sekolah. Proses yang efektif untuk membangun budaya sekolah adalah dengan melibatkan dan mengajak semua pihak yang ada di lingkungan sekolah untuk bersama – sama memberikan komitmennya. Banyak nilai yang dapat dan harus dibangun di sekolah seperti nilai peduli dan kreatif, jujur, bertanggungjawab, disiplin, sehat dan bersih, dan juga saling peduli antar sesama warga sekolah. Sekolah adalah laksana taman atau tempat untuk menanam benih-benih nilai kebaikan untuk pembentukan karakter pada anak tersebut. Untuk itu, kepala sekolah, para guru dan karyawan harus fokus pada usaha pengorganisasian yang mengarah pada harapan dalam pembentukan karakter anak didiknya. Setiap sekolah hendaknya menentukan kegiatan khusus yang dapat mengikat para guru untuk melakukan kegiatan tersebut secara berkelanjutan. Berikut contoh penerapan keteladan pendidikan karakter di sekolah yang bisa diterapkan 1. Guru secara sadar datang pada jam dan pulang jam Kehadiran guru yang demikian sebagai bentuk komitmen mereka terhadap budaya yang telah berlaku di sekolah yang bersangkutan. 2. Sekolah memberikan penghargaan terhadap setiap keberhasilan, usaha, dan memberikan komitmennya. Dengan itu, semua karyawan dan siswanya akan termotivasi untuk bekerja keras, inovatif, dan mendukung perubahan. 3. Sekolah memberikan apresiasi pada saat upacara bendera pada hari senin untuk guru, karyawan dan siswa yang berprestasi. Cara yang dilakukan ini dapat 7 memotivasi setiap guru, karyawan dan siswa untuk meraih prestasi – prestasi tertentu. 4. Sekolah menerapkan Kegiatan Gotong Royong setiap satu semester yang bertujuan untuk menanamkan sikap atau rasa kekeluargaan di lingkungan sekolah tersebut. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter Secara umum fungsi pendidikan karakter sesuai dengan fungsi dari pendidikan nasional, yaitu pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Berkaitan dengan itu, menurut Zubaedi ada beberapa fungsi dari diadakanya pendidikan karakter antara lain 1. Pembentukan dan Pengembangan Potensi Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi potensi peserta didik agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila. Oleh karena itu, dalam konteks ini pendidikan harus mampu memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik sesuai dengan norma-norma yang ada. 2. Perbaikan dan Penguatan Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter peserta didik yang bersifat negatif dan memperkuat peran dari keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri, dan sejahtera. 3. Penyaring Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya dari bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia agar menjadi bangsa yang bermartabat. Sedangkan pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Tujuan pendidikan karakter yang diharapkan Kementerian Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut. 1. Mengembangkan potensi nurani peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. 2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius. 3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab pada peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. 4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan. 5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan. 8 BAB III PENUTUP Kesimpulan Pendidikan karakter merupakan suatu proses transformasi dari nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan ke dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang tersebut. Pendidikan karakter pada anak merupakan upaya penanaman perilaku terpuji pada anak – anak. Baik itu berupa perilaku dalam beribadah, perilaku sebagai warga negara yang baik, perilaku berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan, dan perilaku terpuji lainnya yang bermanfaat untuk kesuksesan hidupnya kedepan. Pendidikan karakter dilaksanakan pada setiap lingkungan di mana anak berada. Salah satunya adalah di sekolah. Pendidikan karakter yang di dapatkan anak di sekolah tentunya memiliki tujuan dan manfaat yang baik untuk anak di masa sekarang dan di masa yang akan datang nantinya. Orang tua dan guru adalah model yang akan ditiru dan diteladani oleh anak, baik ucapan maupun perbuatannya. Penanaman karakter pada anak dapat dilakukan melalui nasihat, pembiasaan, keteladanan, dan penguatan. Oleh karena itu, semua pihak baik itu dari orang tua, guru dan juga lingkungan tempat anak tinggal memiliki perannya masing – masing dalam pembentukan karakter anak. Dalam pendidikan karakter pada anak ada 4 konsep dasar yang menjadi landasan pendidikan karakter untuk anak. Selain itu ada pula prinsip – prinsip yang harus diterapkan dalam proses penanaman karakter pada anak khusunya di sekolah. Begitupun juga dengan peranan pendidikan dalam proses penanaman karakter pada anak yang dimana salah satunya dengan membuat suatu aturan – aturan kecil di sekolah yang wajib ditaati untuk menumbuhkan karakter baik di dalam diri anak tersebut. Dari semua hal diatas adapun fungsi dan tujuan yang akan diperoleh dari pendidikan karakter yang dimana salah satunya adalah dapat membentuk dan juga mengembangkan dengan bakat individu yang dimiliki. Saran Dengan pentingnya pendidikan karakter untuk anak – anak usia dini dan sekolah dasar sangat diperlukan pendidikan karakter yang dimana seharusnya sudah ditanamkan sedini mungkin. Dalam pendidikan karakter sebaiknya bukan hanya guru yang berperan tetapi juga orang tua serta lingkungan sekitar ikut berperan penting dalam proses penanaman karakter pada seseorang agar menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya. 9 DAFTAR PUSTAKA Bahri, S. 2015. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mengatasi Krisis Moral di Sekolah. TA'ALLUM. Hadisi, L. 2015. Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini. Jurnal Al-Ta'dib. Khaironi, M. 2017. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jurnal Golden Age Universitas Hamzanwadi, 82. Putri, D. P. 2018. Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital. AR-RIAYAH Jurnal Pendidikan Dasar, 37-39. Zuchdi, D. 2015. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP N 8 dan SMP N 9 Purwokerto. Jurnal Pembangunan Pendidikan. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Ningsih Zamroni ZamroniDarmiyati ZuchdiPenelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan; 1 implementasi pendidikan karakter IPK di SMP Negeri 8 dan SMP Negeri 9 Purwokerto; 2 peran kepala sekolah, guru, dan siswa dalam IPK; dan 3 aktualisasi nilai-nilai karakter dalam IPK. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode kualitatif dengan pendekatan pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman. Berdasarkan hasil penelitian ditarik kesimpulan berikut ini. 1 Implementasi pendidikan karakter yang lakukan melalui pola kegiatan terpadu antara kegiatan intrakurikuler dan ektrakurikuler. 2 Implementasi pendidikan karakter yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru, dan siswa mempunyai peranan yang positif dalam pembentukan kultur sekolah yang berkarakter. Peran kepala sekolah, guru, dan siswa dalam IPK diwujudkan dalam a peran kepala sekolah sebagai motivator, pemberi contoh keteladanan, pelindung, penggerak kegiatan, perancang kegiatan, pendorong, dan pembimbing; b peran guru sebagai pendidik, pengasih, dan pengasuh; dan c peran siswa sebagai subjek didik dan pelaksana kegiatan di sekolah. 3 Aktualisasi nilai-nilai karakter dalam IPK cenderung mengacu pada prinsip ABITA Aku Bangga Indonesia Tanah Airku berbasis kebangsaan dan religius yang meliputi 18 nilai karakter, yaitu a nilai religius, b kejujuran, c demokratis, d tanggungjawab, e disiplin, f peduli lingkungan, g peduli sosial, h kerja keras, i mandiri, j cinta tanah air, k semangat kebangsaan, l rasa ingin tahu, m gemar membaca, n menghargai prestasi, o cinta damai, p bersahabat/komunikatif, q toleran, dan r kreatif. 4 Terdapat persamaan dan perbedaan dalam IPK di kedua SMP tersebut, persamaannya adalah mengacu pada nilai-nilai yang ada pada prinsip ABITA, perbedaannya kalau di SMP Negeri 8 melaksanakan 12 nilai karakter dan kegiatan pelajaran sekolah setiap pagi diawali dengan baca Alquran pada jam ke-0, sedangkan SMP Negeri 9 Purwokerto melaksanakan 18 nilai karakter sesuai prinsip ABITA sebagai pilot projek Kemdikbud yang kegiatan pelajaran dimulai setiap pagi diawali dengan “Salam ABITA”, menyanyikan lagu kebangsaan, dan kegiatan kebersihan lingkungan Palupi PutriCharacter education is an application process of etiquette value and religious into the students through knowledge, the application of the values to yourself, family and each friends into the teacher, environment and also into God Almighty. The social development of the child in the age of the elementary school have increase. From the first only socialize with the family in the house and then grow up to know another people around him. The child in this age also know the digital style either in the house, friends, school and the environment. In the digital era it’s not only positive impact but also negative impact. In this case the figure of the parents, teacher and society are working to guide and watch the child to become good, excellent and have the positive aim to their selfSaiful BahriCharacter education is the deliberate effort conscious to help people understand, care about, and implement the core ethical values. It is expected that character and personality are formed by the learners themselves who long for the success of character education. Learners are expected to understand the values imparted to him, entirely without any misunderstanding at all. Integration of character education is vital in overcoming the problem of moral crisis. Thus, in the implementation of character education in schools is three methods are employed involving learning, extracurricular activities, and school Karakter Pada Anak Usia Dini. Jurnal Al-Ta'dibL HadisiHadisi, L. 2015. Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini. Jurnal Al-Ta'dib.
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini berhasil diselasaikan. Adapun judul makalah ini adalah’’KUMPULAN MAKALAH ILMU PENDIDIKAN’’ makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan. Diharapkan agar dapat menjadi referensi ilmu untuk perkembangan wacana dalam memehami Ilmu Pendidikan itu sendiri. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Akhir kami ucapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk ke depan. Way jepara, 07 Mei 2013 Penyusun MURNI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang dikaruniai keutamaan oleh Allah swt dibandingkan makhluk ciptaannya yang lain. Keutamaan manusia terletak pada kemampuan akal pikirannya / kecerdasannya. Dengan kemampuannya ini manusia mampu mengembangkan diri dalam kehidupan yang semakin berkembang. Pengembangan diri untuk mencapai kemajuan dalam kehidupan memerlukan apa yang kita sebut dengan pendidikan. Pendidikan sudah ada sejak adanya peradaban yang diawali dengan proses kependidikan dalam lingkup yang masih terbatas. Sejalan dengan perkembangan dan tuntutan jaman maka diperlukan satu pendidikan yang dapat mengembangkan kehidupan manusia dalam dimensi daya cipta, rasa dan karsa. Dimana ketiga hal tersebut di atas akan menjadi motivasi bagi manusia untuk saling berlomba dalam mencapai kemajuan sehingga keberadaan pendidikan menjadi semakin penting. Yang pada akhirnya menjadikan pendidikan sebagai kunci utama kemajuan hidup manusia dalam segala aspek kehidupan. B. Rumusan Masalah Dari uraian di atas, maka perlu kiranya penyusun untuk menjelaskan secara rinci mengenai 1. Apakah pengertian dasar pendidikan serta dasar pendidikanya? 2. Apakah yang dimaksud pengertian tujuan pendidikan begitu pula tujuan pendidikan tersebut? 3. Apa pengertian fungsi pendidikan sekaligus fungsi pendidikanya? 4. Apa pengertian faktor pendidikan serta apa saja faktor-faktor pendidikan? BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dan Dasar Pendidikan Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata 1997 mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu Filosofis Psikologis Sosial-budaya Ilmu pengetahuan dan teknologi Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas keempat landasan tersebut sbb 1. Landasan Filosofis Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. 2. Landasan Psikologis Nana Syaodih Sukmadinata 1997 mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum. 3. Landasan Sosial-Budaya Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan. Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat. Israel Scheffer Nana Syaodih Sukamdinata, 1997 mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global. 4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang, Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia. Setelah dasar / landasan pendidikan ditetapkan, kita dapat menyusun tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Ada beberapa rumusan mengenai tujuan pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia, namun yang akan kita bahas di sini adalah rumusan yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945 serta rumusan menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. B. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana pendidikan itu diarahkan Dirto Hadisusanto, Suryati Sudartho dan Dwi Siswoyo, 1995 sasaran yang dicapai melalui pendidikan memiliki ruang lingkup sama dengan fungsi pendidikan. Wujud tujuan pendidikan dapat berupa pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Sehingga tujuan pendidikan dapat dimaknakan sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran dan kepentingannya yang dicapai melalui berbagai kegiatan, baik dijalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Tujuan pendidikan sering bersifat sangat umum, seperti menjadi manusia yang baik, bertanggung jawab, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan negara, dan sebagainya. Dalam dunia pendidikan dikenal sejumlah usaha untuk menguraikan tujuan yang sangat umum tersebut. Salah seorang diantaranya adalah Herbert Spencer 1860 yang menganalisis tujuan pendidikan dalam lima bagian, yang berkenaan dengan 1. Kegiatan demi kelangsungan hidup 2. Usaha mencari nafkah 3. Pendidikan anak 4. Pemeliharaan hubungan dengan masyarakat dan negara 5. Penggunaan waktu senggang Tujuan pendidikan yang dikemukakan Herbert Spencer tersebut didasarkan atas apa yang dianggapnya paling berharga dan perlu untuk setiap orang bagi kehidupannya dalam masyarakat. Bloomcs membedakan tiga kategori tujuan pendidikan, yaitu 1. Kognitif head Tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan individual mengenal dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual atau mental. 2. Afektif heart Tujuan afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan, dan nilai-nilai atau perkembangan emosional dan moral. Tujuan afektif dibagi dalam lima bagian, yaitu a. Receiving yaitu menerima, menaruh perhatian terhadap nilai tertentu. b. Responding Merespon yaitu memperlihatkan reaksi terhadap norma tertentu, menunjukan kesediaan dan kerelaan untuk merespon, merasa puas dalam merespon. c. Valuing Menghargai yaitu menerima suatu norma, menghargai suatu norma, dan mengikat diri pada norma tersebut. d. Organization Organisasi yaitu membentuk suatu konsep tentang suatu nilai, menyusun suatu sistem nilai-nilai. e. Characterization by Value or Value Complex yaitu mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi sehingga merupakan watak seseorang, norma itu menjadi bagian diri pribadi. 3. Psikomotor hand Tujuan psikomotor menyangkut perkembangan keterampilan yang mengandung unsur motoris. Tujuan kognitif dibagi dalam enam bagian, yaitu a. Knowledge Pengetahuan meliputi informasi dan fakta yang dapat dikuasai melalui hafalan untuk diingat. b. Comprehension Pemahaman merupakan kesanggupan untuk menyatakan suatu definisi, rumusan, menafsirkan suatu teori. c. Application Penerapan merupakan kesanggupan menerapkan atau menggunakan suatu pengertian, konsep, prinsip, teori yang memerlukan penguasaan pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam. d. Analysis Analisis yaitu kemampuan untuk menguraikan sesuatu dalam unsur-unsurnya misalnya analisis hubungan antara masyarakat dengan alam dan jagad raya. e. Synthesis Sintesis yaitu kesanggupan untuk melihat hubungan antara sejumlah unsur. f. Evaluation Penilaian yaitu penilaian berdasarkan bukti-bukti atau kriteria tertentu. Dr. Langeveld Belanda mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam 6 macam, yaitu 1. Tujuan umum, total atau akhir, merupakan tujuan yang paling jauh dan yang paling akhir dicapai, dan merupakan keseluruhan / kebulatan tujuan yang ingin dicapai, misalnya kedewasaan, manusia muslim sejati, manusia Indonesia seutuhnya dan sebagainya. 2. Tujuan khusus, merupakan pengkhususan dari tujuan umum yaitu pengkhususan berdasarkan usia, jenis kelamin, intelegensi anak super normal, normal, di bawah normal, bakat atau minat. 3. Tujuan tak lengkap, meliputi sebagian kehidupan manusia, misalnya segi psikologis, biologis atau sosiologis saja. 4. Tujuan sementara, hanya berlaku sementara kalau sudah tercapai tujuan yang di inginkan, maka tujuan sementara itu lalu ditinggalkan, contohnya memasukan anak ke pesantren. 5. Tujuan intermedier, merupakan tujuan perantara untuk mencapai tujuan yang pokok, contohnya memasukan anak pada pusat pelatihan kerja. 6. Tujuan incidental, merupakan tujuan yang ingin dicapai pada saat-saat tertentu, misal memberi tahu cara-cara makan yang sopan pada saat makan bersama. Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur yang kemudian dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu; 1. Tujuan Pendidikan Nasional TPN TPN adalah tujuan yang bersuifat paling umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman leh setiap usaha pendidikan, artinya setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan harus dapat membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk prilaku yang ideal sesuai dengan pandagan hidup dan filsafat suatu bangsa yang dirumuskan oleh pemerintah dalam bentuk undang-undang. TPN merupakan sumber dan pedoman dalam usaha penyelengggaraan pendidikan. Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai Pancasila dirumuskan dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 3 “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bengsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. 2. Tujuan Institusional Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Dengan kata lain, tujuan ini dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, seperti standar kompetensi pendidikan dasar, menengah kejuruan, dan jenjang pendidikan tinggi. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bab V pasal 26 dijelaskan standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berahlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni yang bermanfaat bagi kemanusiaan. 3. Tujuan Kurikuler Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Oleh sebab itu, tujuan kurikuler dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler pada dasarnya merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan. Dengan demikian, setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan diarahkan untuk mencapai tujuan institusional. Pada Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 dinyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan , dan khusus pada jenjang pendidikan dan menengah terdiri atas a. Kelompok mata pelajaran agama dan ahlak mulia b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian. c. Kelompok mata pelajaran Ilmu pengetahuan dan teknologi. d. Kelompok mata pelajaran estetika. e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan. 4. Tujuan Pembelajarn/Instruksional Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional merupakan tujuan yang paling khusus dan merupakan bagian dari tujuan kurikuler. Tujuan pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. Karena hanya guru yang memahami kondisi lapangan, termasuk memahami karakteristik siswa yang akan melakukan pembelajaran di suatu sekolah, maka menjabarkan tujuan pembelajaran ini adalah tugas guru. Sebelum guru melakukan proses belajar mengajar, guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai oleh anak didik setelah mereka selesai mengikuti pelajaran. C. Pengertian dan Fungsi Pendidikan Fungsi pendidikan merupakan serangkaian tugas atau misi yang diemban dan harus dilaksanakan oleh pendidikan Dirto Hadisusanto, dkk, 1995 57. Selain itu pendidikan mempunyai fungsi 1. Menyiapkan sebagai fungsi 2. Menyiapkan tenaga kerja dan 3. Menyiapkan warga negara yang baik. Menurut Jeane H. Balantine 1983 5-7, fungsi pendidikan bagi masyarakat meliputi 1. Fungsi sosialisasi 2. Fungsi seleksi, latihan dan alokasi 3. Fungsi inovasi dan perubahan sosial 4. Fungsi pengembangan pribadi dan social Menurut Alex Inkeles dalam Parsono dkk., 19905-15 fungsi pendidikan 1. Menindahkan nilai-nilai budaya 2. Fungsi nilai pengajaran 3. Fungsi meningkatkan mobillitas sosial 4. fungsi stratifikasi 5. fungsi latihan jabatan 6. fungsi mengembangkan dan memantapkan hubungan-hubungan sosial, 7. fungsi membentuk semangat kebangsaan 8. fungsi pengasuh bayi. Di Indonesia fungsi pendidikan diatur dalam pasal 3 UU No. 20 tahun 2003, “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa…”. Dalam kegiatan pendidikan, tujuan memiliki kedudukan yang amat penting. Lebih – lebih bila dibandingkan diantara aneka komponen lain dalam penyelenggaraan pendidikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa semua komponen yang diadakan, serta seluruh kegiatan pendidikan yang diupayakan semua semata-mata hanyalah tertuju pada pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karenanya, semua hal dan semua kegiatan penyelenggaraan pendidikan yang menyimpang dari pencapaian tujuan pendidikan, dianggap sebagai praktik pendidikan yang menyimpang juga. Pada bagian lain tujuan pendidikan memiliki fungsi yang amat penting pula selain penting dalam kedudukannya. Fungsi tujuan pendidikan adalah mengarahkan, memberikan orientasi, dan memberikan pedoman kearah mana pendidikan diselenggarakan sebaik-baiknya. Oleh karena pendidikan memiliki fungsi yang mat penting tersebut, maka tujuan pendidikan harus dirumuskan secara mantap oleh semua pendidikan disemua jenjang. Dengan rumusan tujuan pendidikan yang mantap diharapkan pelaksanaan pendidikan yang dilakukan tidak akan menyimpang. D. Pengertian dan Faktor Pendidikan Faktor pendidikan adalah hal yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan pendidik, atau dapat dikatakan bahwa faktor pendidikan memuat kondisi-kondisi yang memungkinkan terlaksanya pekerjaan pendidik. Jenis-jenis faktor pendidikan yaitu 1. Faktor Tujuan Tujuan adalah batas cita-cita yang diinginkan dalam satu usaha. Semua usaha mempunyai dan diikat oleh tujuan tertentu, termasuk usaha pendidikan. 2. Faktor Alat Alat-alat pendidikan ialah segala sesuatu yang membantu terlaksananya pendidikan di dalam mencapai tujuannya baik berupa benda atau bukan benda. Alat pendidikan dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, sebagai berikut a. Alat sebagai perlengkapan Alat sebagai perlengkapan ialah berwujud benda-benda yang nyata atau konkrit yang dipentingkan di dalam pelaksanaan pendidikan. Perlengkapan ini antara lain dapat berwujud Buku teks, perpustakaan, dan alat-alat peraga. b. Alat merupakan perencanaan pelaksanaan pendidikan Alat-alat peraga yaitu Alat-alat pelajaran secara penginderaan yang tampak dan dapat diamati. Alat-alat peraga diperlukan sekali di dalam memberikan pelajaran kepada anak untuk memudahkan di dalam memberikan pelajaran dengan jelas atau menguasai isi dan kecekatan pelajaran dengan baik. Tentunya setiap alat peraga yang mau dipergunakan disesuaikan dengan tujuan pendidikan ynag akan dicapainya, atau pelajaran yang akan diberikan kepada anak menurut kadar keperluannya saja. Sebab pemakaian alat-alat peraga yang terlalu banyak akan melambankan anak berpikir abstrak dan sebaliknya penyampaian pendidikan yang verbalistis akan membosankan anak. Alat-alat peraga bukanlah pengganti pelajaran lisan atau tertulis, namun alat-alat peraga sebagai pelengkap dan pembantu agar pelajaran lebih jelas dan betul-betul meresap pada anak. Dalam aktivitas pendidikan ada lima faktor pendidikan yang dapat membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi. kelima faktor pendidikan tersebut meliputi 1. Pendidik Adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikanya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pendidik dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu a. Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua. Orang tua sebagai pendidik menurut kodrat adalah pendidik yang pertama dan utama. Hubungan orang tua dengan anaknya dalam hubungan edukatif yang mengandung dua unsur dasar, yaitu • Unsur kasih sayang pendidik terhadap anak • Unsur kesadaran dan tanggung jawab dari pendidik untuk menuntun perkembangan anak. b. Pendidik menurut jabatan, yaitu Guru. Guru sebagai pendidik menurut jabatan menerima tanggung jawab dari tiga pihak, yaitu orang tua, masyarakat dan negara. Tanggung jawab dari orang tua diterima guru atas dasar kepercayaan. Hal yang penting yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik adalah kewibawaan. Menurut ada tiga sendi kewibawaan yang harus dibina yaitu 1. Kepercayaan, pendidik harus percaya bahawa dirinya dapat mendidik dan juga harus percaya bahwa peserta didik dapat dididik. 2. Kasih Sayang, mengandung dua arti yakni penyerahan diri terhadap yang disayangi dan pengendalian terhadap yang disayang. 3. Kemampuan, kemampuan mendidik dapat dikembangkan melalui beberapa cara, antara lain pengkajian terhadap ilmu pengetahuan kependidikan dan mengambil manfaat dari pengalaman kerja. 2. Peserta Didik Adalah orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Dalam pendidikan tradisional, peserta didik dipandang sebagai organisme pasif. Peserta didik dalam usia dan tingkatan kelas yang sama bisa memiliki profil materi pengetahuan yang berbeda-beda. Hal ini tergantung kepada konteks yang mendorong perkembangan seseorang. Ada empat konteks yang dapat disebutkan, yaitu a. Lingkungan dimana peserta didik belajar secara kebetulan dan kadang-kadang, disitulah mereka belajar secara tidak berprogram. b. Lingkungan belajar dimana peserta didik belajar secara sengaja dan dikehendaki. c. Sekolah dimana peserta didik belajar mengikuti program yang ditetapkan. d. Lingkungan pendidikan optimal,di sekolah yang ideal dimana peserta dapat melakukan cara belajar siswa aktif CBSA sekaligus mengimlikasikan nilai-nilai. 3. Tujuan Adalah usaha pencapaian tujuan oleh peserta didik tentang hasil praktek pendidikan baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Menurut Langeveld dalam bukunya Beknopte Teoritische Pedagogik dibedakan adanya macam-macam tujuan sebagai berikut • Tujuan umum • Tujuan tak sempurna tak lengkap • Tujuan sementara • Tujuan perantara • Tujuan insidental 4. Materi Segala sesuatu yang disampaikan pendidik kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam usaha pendidikan yang diselenggarakan di keluarga, di sekolah, dan dimasyarakat, ada syarat utama dalam pemilihan materi pendidikan yaitu • Materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan • Materi harus sesuai dengan peserta didik 5. Alat Adalah segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan tersebut dibedakan atas yang preventif dan kuratif. Dalam pendidikan, terdapat faktor-faktor yang saling mendukung diantaranya pendidik, peserta didik, tujuan, materi dan alat. Jika semua faktor-faktor dalam pendidikan saling melengkapi, maka pendidikan akan lebih maksimal dalam pelaksanaanya. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan mengenai tujuan pendidikan di atas, Dapat kita ketahui bahwasanya Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang didapat baik dari lembaga formal, non formal maupun informal dalam membantu proses transformasi sehingga dapat mencapai kualitas yang diharapkan. Agar kualitas yang diharapkan dapat tercapai, diperlukan penentuan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan inilah yang akan menentukan keberhasilan dalam proses pembentukan pribadi manusia yang berkualitas dengan tanpa mengesampingkan peranan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Dalam proses penentuan tujuan pendidikan dibutuhkan suatu perhitungan yang matang, cermat, dan teliti agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleh karena itu perlu dirumuskan suatu tujuan pendidikan yang menjadikan moral sebagai basis rohaniah yang amat vital dalam setiap peradaban bangsa. B. Saran Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Untuk mendapatkan pendidikan yang baik maka perlu adanya pemahaman terhadap dasar, tujuan, fungsi dan faktor pendidikan secara mendalam. Oleh karena itu kita sebagai tenaga pengajar pendidik harus mampu memberikan ilmu pendidikan kepada peserta didik karena sangat penting dalam proses belajar mengajar. DAFTAR PUSTAKA Drs. Dirto Hadisusanto, Pengantar Ilmu Pendidikan, 1995 59 Sanjaya, Kencana Sukardjo dan Komarudin Landasan Pendidikan. Jakarta Rajawali Pers Tirtarahardja,Umar,Sulo, Pengantar Rineka Cipta Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta Rineka Cipta Wahab, Rochmad. 2011. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta CV Aswaja Pressindo
makalah fungsi dan tujuan pendidikan